Rabu, 24 November 2010
hianat cinta
Hianat cinta memang menyakitkan, sama seperti mencinta tanpa balas. Tak akan ada lagi gairah dan sapa manis. Hanya kebencian yang mulai menggerogoti jiwa.
Tatapan itu tak lagi tulus, sapaan itu tak lagi indah, sentuhan itu tak lagi hangat. Ciuman itu tak lagi mesra. Hilang … ya hilang seperti angin menyentuh daun. Hanya ada jejak. Daun pasti bergetar tapi layu terjatuh, merasa ditinggalkan.
Cinta tak harus bersama, cinta tak harus memiliki, kata-kata usang yang tak lagi punya makna untukku.
Hianat ya hianat, dan tak ada pembenaran untuk itu. Hati berpaling karena rasa. Dia punya rasa, mereka punya rasa. Apa yang harus aku lakukan. Berdiri ditengah membenamkan diri diantara mereka? . Sementara hak tersebut sudah tercabut.
Ternyata mutiara cinta tak sanggup buat dia untuk tidak hianat. Atas nama bahagia dia bilang dia cinta dia. Sakit mendera merasa disisihkan.
Cinta hianat ini bukan untukku. Aku lebih berharga dari ini. Kalau dia harus pergi pergilah. Bawa semua cinta dan bahagia busukmu. Karena aku tak mau mencium bau itu.
Tanpamu aku pasti bisa
Tak mau ada lagi tangis
Tak mau ada lagi resah
Aku berhak untuk bahagia
Aku harus bahagia
Akan kucari bahagia itu. Sampai ke ujung langit ke tujuh. Cinta dan rindu ini bukan lagi untuknya. Telah hianat dia pada janji.
Bercinta tak lagi harus bersama, apa namanya kalau hanya semu dan dusta, sementara ada orang yang menunggu disana .
Kalau dia harus bahagia bersama dia, jauhlah, pergi. Bukan ihlas atau doa untukmu. Tak akan kulakukan. Hianat cinta buatku marah. Hanya untukmu .
Aku harus bahagia. Mutiara itu harus bahagia. Tak akan kusesali ini. Tak akan ku biarkan mutiara itu bersama mu. Mutiara itu milikku. Tak akan ada padamu.
Pergi saja dengan hianat cinta dan bahagiamu. Bawa pergi bau nista itu . Aku tak mau lagi.
Tak ada lagi cinta dan hasrat ini. Mati bersama hianat cintamu. Selamat untukmu dan dia, berhasil membuat satu hati terluka tak termaafkan …
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar